Finally, Jepang!

 I  onced said, "kalo bukan untuk jalan-jalan, kayanya enggak mungkin deh ke Jepang." Becareful of what you wished for..
Jajan mochi matcha!
Alhamdulillah, tanggal 22 Oktober kemarin, meski cuacanya saat itu hujan badai, kalo kata orang Jepang saat itu lagi typhoon, penerbangan banyak yang delay, Allah izinin gue pergi terbang ke Jepang. Alhamdulillah, penerbangan gue enggak delay, dan berjalan cukup lancar.

Ya, cukup lancar. Mulai dari berangkat, sarapan di Hokben Bandara Soekarno-Hatta, langsung check in online di web Japan Airlines dan masuk untuk bagasi. Oh iya, untuk check in online peraturan masing-masing maskapai berbeda, untuk JAL sendiri kalo tidak salah maksimal sembilan puluh menit sebelum keberangkatan. Hal-hal yang seperti ini penting diperhatikan agar perjalanan berjalan baik dan efisien. Setelah itu, lanjut ke ruang tunggu boarding. Masih ingat, rasanya deg-degan. Ah! Nippon ikitai!

Saat itu gue memilih duduk di dekat jendela dan cukup dekat dengan sayap. Ternyata selain bisa melihat lautan awan, dari tempat duduk juga disediakan layar pantau penerbangan. Duh maaf norak. Ternyata, karena perjalanan memakan waktu sekitar tujuh sampai sembilan jam di udara, layar pantau ini cukup menghibur. Oh, kita sedang di atas Pontianak. Oh sudah di atas Manila, dan seterusnya. Sampai akhirnya sudah dekat tempat landas... loh loh sudah turun beberapa ribu kaki di atas laut kok dibawa muter-muter? Duh, ngantri toh! sampai mual dibawa muter beberapa kali.

Makan siang di Japan Airlines
Akhirnya tiba di Narita ngaret beberapa menit dari perkiraan, gue langsung mengikuti prosedur bandara. Pertama, ke toilet dulu!

Lalu keluar dari toilet clingukan enggak terlalu mengerti harus ngapain dan kemana. Semua orang terlihat berlarian. Baru setelah itu gue mulai pelan-pelan nanya sama petugas. Duh, enggak bisa bahasa Inggris!

Akhirnya, gue diarahkan ke imigrasi, di sana semua orang diminta cepat karena sudah mau hujan dan kereta mulai pada berangkat.

"Hurry! It is going to rain and the train is departing!" teriak seorang mba-mba, security mungkin. Gue bertanya sama dia dimana gue bisa mendapatkan Disembarkation Card for Foreigner yang isinya semacam pernyataan warga asing. Di pesawat gue udah dikasih tapi gue tolak karena reflek aja gitu, ternyata harusnya diambil, dan yang nolak adalah yang hanya transit. Lalu gue tanya juga tentang kertas yang kuning, kurang paham, mba-mba yang cukup galak itu teriak-teriak, "Just prepare your passport! If you cannot pass immigration, you cannot take your luggage!"

Disembarkation Card for Foreigner
Rupanya, kertas yang kuning nanti setelah berhasil melalui imigrasi. Lalu gue pun mengantre imigrasi Jepang. Pengunjungnya super banyak. Untuk yang menggunakan e-paspor ada barisan khusus langsung. Karena kebanyakan masih menggunakan paspor biasa, antreannya panjang untuk scan sepuluh jari dan sedikit ditanya. Gue yang menggunakan e-paspor prosesnya cukup cepat. lanjut ke pencarian form selanjutnya yang berwarna kuning sebelum pengambilan koper. Untuk kertas yang kuning, isinya semacam keterangan tinggal setelah meninggalkan bandara, disediakan tepat di depan pengambilan koper. Lalu saat keluar akan diminta kertas kuning dan paspor untuk diperiksa sebentar dan ditanya seperti tujuan dan alamat tinggalnya. Duh mas-mas yang nanyain gue masih anak-anak mau sok-sok galak gitu, lucu haha..

Lanjut, gue harus membeli tiket Tokyo Metro Subway (TMS) dan penukaran JR Pass. Rupanya posisi pembelian TMS dan penukaran JR Pass Bandara Narita dan Haneda berbeda. Paling cepat, tanyalah pada Information Center!

JR Pass
Pembelian TMS seharga ¥500 tanpa mengantre cukup cepat, gue langsung diarahkan untuk turun ke bawah, tempat penukaran JR Pass. Begitu penukaran, gue ditanya mau kemana, begitu bilang Shibuya Station, gue langsung dipesankan tempat duduk di kereta Narita Express. Begitu gue lihat jam kedatangan si kereta, langsung gue lari mencari peronnya. Awalnya agak membingungkan. Entah gimana akhirnya gue tepat waktu sampai di antrean naik keretanya. Lalu gue naik dan bisa duduk lega, dan alhamdulillah di kereta ini ada wi-fi!

Setelah dijalani, memang di Jepang itu perlu banget itinerary ya kalo untuk jalan-jalan. Waktu itu rasanya berharga banget. Saking berharganya, enggak perlu bertanya, semua transportasi berjalan tepat pada waktunya. Waktu itu rasanya mengalir dengan cepat. Tau-tau udah pulang lagi aja. Huhuhu..

Dari sekian banyak tujuan yang sudah di list, gue hanya pergi ke beberapa tempat. Pertama, tempat-tempat wisata di Tokyo seperti Shibuya scramble cross, menjenguk Hachiko statue and Hachiko Family, makan malam di Shinjuku Omoide Yokocho, sebuah tempat jajan kaki lima di Shibuya beli kari, jajan di Takeshita Street beli crepes, ke Yoyogi Park  menikmati taman kota, wisata religi di Meijijingu Shrine, Harajuku, wisata religi lainnya dan pasar tradisional di Sensoji Temple, Asakusa dan mengunjungi Doraemon di Fujiko Fujio Museum, Kawasaki.

Lalu lanjut ke Kyoto, setelah check in penginapan, gue dan teman-teman pergi mengunjungi Fushimi Inari Taisha di Inari dan Starbuck khas Jepang di Ninenzaka.

Lanjut ke Nagoya mengunjungi sahabat waktu SMP. Waktunya sempit banget, cuma semalam di Nagoya besoknya udah harus pulang. Tapi enggak apa yang penting ketemu dia. Karena waktu dia ke Indonesia enggak sempat ketemu, masa di Jepang enggak sempat juga?

Persiapan itu penting banget, ya. Enggak cuma ke Jepang, kemanapun. Tapi karena ke Jepang ini kalo enggak siap akan habisin banyak uang, jadi bener-bener, gue belajar beberapa hal.

Pertama, sedia payung sebelum hujan. Ini literally, ya. Kalo enggak punya, beli aja di Lawson ¥100, Daisho, Donki, atau Sevel.

Kedua, sebagai warga negara asing, selalu bawa paspor. Khususnya Jepang ini kalo belanja minimal ¥5000 bisa bebas pajak hanya dengan menunjukkan paspor.

Ketiga, kalo kehilangan, selain segera periksa lokasi tempat dugaan kejadian perkara, segera lapor ke kepolisian dan kembali ke agenda. Pokoknya tawakkal aja, ikhtiar-nya mengurus lapor di kepolisian. Menurut gue pribadi, di Jepang sangat menjunjung tinggi kejujuran, mereka sangat percaya orang lawan bicaranya jujur jadi sering dikasih kemudahan. Tapi kalo yang hilang paspor enggak tau deh gimana. Yang jelas, kalo barang lainnya, pastiin dua hal tadi, lalu enjoy your trip. Lanjutkan perjalanan selagi masih ada waktu, jangan habis mencari-cari.

Keempat, kalo nginep upayakan di apartemen, atau rumah. Karena rata-rata pasti, mereka punya pemanas air, microwave, kulkas dan mesin cuci. Sangat membantu sekali untuk irit baju.

Kelima, bawa rice cooker mini dan beras. Sangat menghemat makan, tinggal beli sayuran dan makanan laut gitu. Daging, masih jarang yang halal. Bukan strict sih, kalo enggak halal, berarti haram atau bangkai. Jadi kalo mau makan daging, sarannya makan dari restoran halal aja yang dipotong dengan Bismillah dan diolah dengan halal dan baik. Untuk restoran halal, selain bisa dilist dulu dari Google, bisa tanya-tanya ke teman yang ada di sana.

Fushimi Inari Taisha, Kyoto
Keenam, baju atau sepatu yang dibawa sedikit aja, khususnya musim gugur. Banyakin bawa jaket. Tapi masih bisa juga beli di toko secondhand, barang bekas yang masih oke atau belanja barang sale. Jadi bawa barang enggak berat.

Ketujuh, selalu ingat sholat. Di Jepang hampir gak ada yang sholat dan ga ada yang mengingatkan. Bener-bener harus inget sendiri dong.

Kedelapan, olahraga lah sebulan atau seminggu sebelum. Karena di Jepang mayoritas akan jalan kaki. Olahragalah sebelum otot kaget haha..

Kesembilan, sebelum berangkat, pahami transportasi, kuliner dan peta wisata tujuan! Kalo di Jepang sendiri, kalian bisa manfaatkan Hyperdia.com atau Google, atau Information Center, tanya, "what is the best route to.... with or without JR Pass."

Mungkin itu saja, sisanya semua berjalan dengan baik. Mungkin enggak semulus itu. Tapi, perjalanan harus fun, jadi kalo lagi runyam, usahakan sabar. Kalo ada lagi yang bisa gue sampaikan untuk persiapan terpenting akan gue update.

See you latte !

Comments

Popular Posts