Balqis insya Allah, is going to Japan! uh finally.

Alhamdulillah, di tahun 2017 yang super melelahkan ini, gue berkesempatan untuk berencana pergi ke negeri jiran. Karena gue orangnya demen banget jalan-jalan. Jadi selama masih terjangkau dan terencana dengan cukup meyakinkan dan baik, gue akan iya-in!!

Awalnya, saking lelahnya, gue sama sekali engga kepikiran untuk pergi-pergi ke luar negeri, di dalem negeri aja yang bahkan ke Bali aja mikir lagi soal biaya hidupnya nanti di sana. Yang pergi ke Bali akhirnya kakak dan ade gue, yang gak mikirin izin kerja karena freelence, jadi punya cukup banyak waktu untuk berencana pergi. Domestik maupun mancanegara. Jadi, setelah Bali dan Lombok, sempat terdengar mereka para lelaki berbincang rencana pergi ke luar negeri. Gue pengen banget ikut tapi kayaknya emang engga diajak juga, soalnya kalo gue nimbrung, ngobrolnya gak jadi serius gitu 😥

Yaudahlah yah, gue juga belum ada duit nabung untuk hepi-hepi keluar. Kalo engga umroh, alasan ke luar negeri itu paling S2 atau kerja?

Lalu selama kerja ini, setelah gue ditinggal resign Nilam, kawan kantor, gue mulai kenal Inge. Berawal dari nanya persoalan kerja, sampai persoalan rencana resign juga 😥

Gue sama Inge satu tim kerja di divisi yang anggotanya cukup sedikit, jadi enggak bisa cuti bersamaan. Sampai akhirnya, jadi juga si Inge resign, baru kita ada obrolan liburan bareng dong. Kemana nih? pantai? Bandung?

Bersamaan dengan itu, gue yang paspornya udah 2 tahun hilang, kebetulan lagi berencana dan mulai persiapan mengurus pembuatan paspor lagi, dong. Rencananya, pastinya untuk umroh, yang belum tau kapan karena tabungan masih jauh dari target. Hehe, masih besar pasak daripada tiang soalnya.

Mendengar gue ngurus paspor, Inge langsung cerita rencananya pergi ke luar negeri sampai akhirnya dia ngajak gue ikut. Iya-iya enggak gitu, gue ragulah, paspor belum tentu jadi, karena regulasinya yang super rumit, dan budget-nya ga ada banget lah. duh si Inge ini, bisa-bisanya yaaa ngajak mendadak. Well, dia ngajak gue ke Jepang di akhir Oktober ini. Rencananya dia akan pergi sekitar 14 hari, sementara gue, karena keterbatasan dana dan hari cuti, 6 hari saja.

Rasanya enggak serius, karena dia bakal pergi sama temen2nya yang udah direncanakan sejak awal tahun 2017, dong. Udah beli tiket pesawatnya juga di travel fair dengan harga cukup murah. Yah, gue gimana kali tiba2 ikut? Akhirnya, rencana ke Jepang itu gue indahkan sebagai motivasi mengurus paspor aja.

Enggak ada singkat cerita sih bagi gue, soal pengurusan paspor yang insya Allah enggak terlupakan. Tapi enggak gue share di sini, nanti gue post tersendiri karena cukup panjang juga dan karena kita akan bahas rencana ke Jepang aja.

Jadi setelah paspor gue jadi, belum jelas hilal keberangkatan gue ke Jepang, well yaudah. Gue mah gitu anaknya, engga punya tekad, motivasi kalo enggak dipaksa. Karena gue selalu berusaha enggak kecewa atau menyesal sama pilihan atas keputusan gue. Pokoknya, jadi engga jadi, yaudah, nyesek-nyesek selow.

Sampai akhirnya si Inge ini udah ngurus paspornya juga menjadi e-paspor, baru dia maksa gue, semaksa itu pergi ke Jepang. Inge meyakinkan gue bisa ke Jepang, yaudah deh gue iya-in, gimana, gue juga mau. Enggak kebayang akhirnya gue berencana ke sana padahal temen di Jepang mau nikah dan ngundang untuk dateng gue masih ragu. Inge meyakinkan gue dan tell me what to do sih, alhamdulillah-nya gue yakin, walaupun si Inge yang akhirnya ragu, HAHA. Gue aja enggak kebayang pernah ke Thailand kalo enggak tiba-tiba diajak Sarah, thanks to Sarah anyway. Hahaha. #enggakusahdiceritainkale

Iya, jadi terpaksa banget deh gue ikut. Si Inge bikin itenerary pun gue ikut liatin. Haha.

Belum beli tiket, belum kerasa jadi berangkat dong? tapi jadi enggak jadi, booking tanggal cuti aja dulu.

Karena gue juga emang mau, dan emang dipaksa juga, gue pun sering cek-cek harga tiket pesawat, cocokin itenerary Inge dkk. Dari mulai AirAsia, Skyscanner, Traveloka semua gue bandingin. Harga, jam terbang, lokasi tibanya, hampir tiap maghrib pas istirahat kerja. Apakah gue akan turun di Kansai, di Haneda atau Narita. Apakah gue berangkat malam sebelum yang lain, terus tidur dulu aja di Bandara sana nungguinnya biar murah. Apakah flight yang transit di Malaysia 8 jam, beli aja yang penting engga diatas 4 juta. UH puyeng juga, liat aja gak apa lah, ya.

Sampai akhirnya, si Inge ajak gue untuk hadir di acara Garuda Travel Fair (GATF) yang akan diselenggarakan pada 22-24 September. Engga perlu buru-buru beli. Maksimal 1 bulan sebelumlah udah beli tiket. Saking memaksa gue ikut, dia sampai bela-belain dateng ke acara itu duluan dong di hari pertamanya. Istilahnya, cek ombak. Dateng, liat situasi, liat harga yang rilis.

Cerita dari cek ombak pun enggak kalah seru. Katanya, bank partner yang lagi kerjasama adalah BNI. Promo yang ada adalah cashback dari pembayaran dengan BNI debit/credit card. Dimana, kita enggak ada yang punya rekening BNI, harus puter otak cari pinjaman kartu dong. Ternyata, begitu sampai lokasi, tepatnya di Jakarta Convention Center (JCC), ada loket antrean khusus promo cashback cc BNI yang harganya jadi jauh lebih murah, pasti sampai Rp 3.500.000,00. Ternyata lagi, antrean loket itu udah dari dini hari tanggal 22 September itu, dong, jadi enggak cukup dateng bawa kartu BNI, aja, tapi harus agresif antre dari jam 11 malam kemarinnya. Udah gitu, kuota terbatas setiap harinya, yaitu sekitar 200 orang. Otomatis, enggak dapet deh promo cashback kartu BNI. Keliling pameran travel agents di sana, Inge pun mengumpulkan dua sampai tiga harga tiket penerbangan Garuda Jakarta-Jepang termurah dari travel agent yang namanya sudah cukup terkenal, dan puluhan lembar promosi trip dan tiket-tiket entertainment seperti Universal Studio, Disney Land dan lainnya.

Sepulang acaranya, Inge nyamper ke daerah kantor gue untuk melaporkan harga tiket. Harga yang didapat tanpa promo cashback, masih di atas lima juta rupiah. Lalu mulai dipertimbangkan, harga, lokasi bandara kedatangan, dan jamnya. Inge dan lainnya akan menggunakan All Nippon Airlines (ANA) yang tiba di Haneda pada penerbangan pagi sampai di sana petang. Jadi, mau enggak-mau, gue harus mempertimbangkan kata murah pada penerbangan kalo bisa serupa. Cek-cek di Traveloka, cuma Japan Airlines (JAL) direct yang kekeuh muncul dalam pencarian. Sementara ada promo flight combo, PP lebih murah dengan JAL, ditambah promo yang tersedia dari Traveloka dan partner bank tersendiri, promo terbaik masih pada Traveloka! gue dapet harga tiket pp Rp 4.700.000,00-an, pokoknya ini udah murah. Kalo nanti ada yang lebih murah, yauda gak apa, kan belum pasti, pastinya transit dan belum perhitungan bagasi (kata Inge meyakinkan, baiklah, thanks to Inge Tour & Travel). Jadi, untuk yang ingin jalan-jalan, pemesanan pesawat maupun kereta, pastikan untuk flight check-list berikut:
  1. Tanggal dan jam
  2. Lokasi berangkat dan kedatangan
  3. Harga
  4. Transit / Direct
  5. Benefits, seperti bagasi, makan, atau lokasi duduk.
Terima kasih juga Traveloka, selama ini rencana traveling kupercayakan padamu. Siang itupun, pembelian tiket flight combo dari JAL dengan potongan voucher dibayar. Baru dari saat itulah gue mulai agresif mengejar to do lists lainnya.

Rencananya, kita akan bertransportasi dengan Shinkansen. Kenapa? Kan mahal? Pokoknya, karena biar gue engga solo trip amat, dimana yang lain sudah fix pakai JR. Bedanya, perjalanan yang lain 2 jam, gue normal, 8 jam. Gue enggak mau kayak gitu, kecuali kalo memang dari awal udah solo trip. Jadi gue ikut beli JR Pass dengan tujuan menghemat waktu perjalanan dan mengunjungi banyak destinasi antara lain Narita-Tokyo, Tokyo-Kyoto, mungkin Kyoto-Fukuoka, atau Kyoto-Osaka, lalu Kyoto-Nagoya dan Nagoya-Narita. Lumayan, kan? Jadi, yang mau jalan-jalan hemat, sebetulnya bisa, kok. Pastikan agenda di sana mau kemana, lalu cek transportasi yang tersedia dan tentukan pakai JR Pass atau enggak.

JR Pass sebelum dicetak
Karena ada promo harga JR Pass dari Smailing Tour di GATF, di hari terakhir, barulah, gue dan Inge kembali ke sana. Beuh. Gue demen banget acara travel fair. Hihihi. Disana gue dapet banyak souvenir dengan syarat follow fanpage aja. Selain itu, Alhamdulillah target beli JR Pass (7 days) tercapai kita dapet murah, di harga Rp 3.280.000,00 😊

Untuk JR Pass, pembeliannya hanya dapat dilakukan di luar Jepang karena memang khusus untuk warga negara asing. Pembeliannya membutuhkan data paspor dan visa. Perbedaan nama di JR Pass dan visa bisa menimbulkan masalah saat penggunaannya. Setelah pembayaran, JR Pass bisa diambil sekitar seminggu setelahnya, atau diantar ke alamat pembeli (diutamakan pengantaran banyak, seperti rombongan tour).

Sejak booking tiket pesawat dan JR Pass, perjalanan ke Jepang pun semakin terbayang. Gimana enggak, akhirnya kita selalu ketemu, improve bikin itinerary. Yaitu, kita selalu buka Google and Maps terkait transportasi dan destinasi.

Selanjutnya adalah pengurusan visa waiver. Ini juga infonya udah cukup lengkap di web kedubes Jepang. Infonya bisa dibaca di sini. Pertanggal 15 September kemarin ada regulasi baru bahwa pengurusan visa akan dipindahkan ke Japan Visa Application Center (JVAC), dimana si JVAC ini cukup informatif dan gue menghubungi mereka lewat call center dan e-mail, keduanya responsif. Mereka masih infoin ke gue untuk pengurusan visa waiver masih bisa di kedubes, jadilah gue berangkat ke kedubes Jepang bermodalkan info pada web kedubes yang ini, yaitu membawa paspor asli dan formulir visa waiver, tapi formulir ini sudah tersedia juga sih di san. Jaga-jaga habis, lebih baik print sendiri dan di isi sebelumnya. Prosesnya cukup cepat, 2 hari kerja, sesuai pada web-nya, bisa juga baca detail lainnya di link ini

antrean pengajuan visa waiver
Hari pertama gue datang ke sana, pukul 08.30-12.00 waktu pengajuan permohonan, gue sampai di sana sekitar pukul 10.00, masuk dengan pengecekan satpam dan penukaran ID pass, di pintu masuk, pengurusan visa di pintu sebelah kiri sebelum tangga. Gue diarahkan untuk mengisi formulir lainnya, sebuah lembar kecil untuk diisi data nama, nomor paspor, nomor handphone (HP) dan tanda tangan. Lalu gue harus mengambil nomor antrean dan menunggu untuk dipanggil. Setelah dipanggil, gue hanya diminta semua berkas yang dibawa, kertas kecil tadi di cap, lalu dikembalikan ke gue, dan gue diminta datang lagi besok pada jam pengambilan (pukul 13.10-15.00) beserta kertas kecil tadi. Semua prosesnya hanya tiga menit, gue pun sudah bisa pulang. 

pengambilan visa waiver
Besoknya pun sama, gue sampai izin kerja dua jam untuk pengambilan. Karena macetnya Jakarta yang tak terhindarkan, perjalanan pulang dan pergi sekitar 110 menit, sementara pengambilan hanya satu menit.

Mari kita list catatan penting untuk mengurus visa waiver, antara lain:

  1. Datang jam 08.30-12.00
  2. Pastikan pakai ojek online (karena Jakarta pasti macet)
  3. Pastikan bawa ID card seperti KTP/SIM
  4. Berkas yang dibawa e-paspor dan formulir visa waiver
  5. Pengambilan datang jam 13.30-15.00
  6. Lagi, pakai ojek online aja.
  7. Pastikan bawa ID card seperti KTP/SIM
  8. Pastikan bawa kertas kecil dari kedubes.

visa waiver
Apalagi nih? well, rencana ke Jepang ini insya Allah jalan-jalan produktif. Jadi kita selingin sama buka jasa titip belanja di Jepang. Cuma, mostly isi itinerary adalah liburan. Ngomong-ngomong jasa titip, boleh juga dibaca dulu peraturan Bea Cukai di sini. Dimana poin terpenting adalah, batasan barang penumpang pribadi (1 orang) yang diperbolehkan hanya senilai US$ 250.

Sebetulnya, gue prefer pergi backpacker ke Jepang karena alasan keterbatasan dana. Istilahnya nge-gembel. Tapi karena Inge udah pernah nge-gembel pas pertama kali ke Jepang dan dia akan bawa dua teman lainnya, maka perjalanan kali ini dia bikin agak proper trip. Dia bilang, 'oh boleh kalo mau nge-gembel, lo aja sendiri' 😊

Jadi, setelah tiket-tiket dibeli, ada beberapa kali pertemuan untuk pembuatan itinerary dan pertimbangan destinasi. Pertimbangan paling utama adalah jalur kereta dan penggunaan JR Pass. Enggak mau dong gue udah pilih proper trip tapi akhirnya nge-gembel di sana? Gue sampai baca puluhan blog dan artikel untuk mempelajari penggunaan kereta di Jepang yang katanya sangat banyak pilihan dan cukup rumit. Antara lain jalan2kejepang.com, jnto.go.jp, japan-guide.com dan japantoday, sisanya nemu di blog orang dan Kaskus, udah lupa namanya, by searching keywords aja. Tapi untuk Shinkansen sendiri infonya bisa dipelajari di Hyperdia.

Pertimbangan berikutnya adalah penginapan. Penginapan bisa di cek di Traveloka, Agoda  ataupun AirBnB. Dimana berikut adalah pertimbangan penting memilih penginapan:

  1. Lokasi, mudah akses transportasi dan mini market.
  2. Fasilitas, kalo ramai2, apartemen akan bagus, kalo bisa tersedia pocket wifi, dapur, mesin cuci, rice cooker, penghangat, setrikaan dan sepeda.
  3. Harga, meski mahal, pastiin kalo dibagi banyak orang jadi murah. Hehe. 
  4. Promo

So, setelah beberapa kali ganti itinerary, kira-kira begini hasil itinerary-nya,

day 1/tiba di Narita, yang lain di Haneda, jadi titik temu adalah di penginapan di Shibuya.
Berdasarkan Hyperdia, transportasinya adalah Narita Express yang bisa diakses dengan JR Pass.

day 2 /tujuan jalan-jalan sekitar Tokyo, Shinjuku, Akihabara dan Shibuya. Kita akan menggunakan tiket kereta lokal Tokyo, namanya Tokyo Metro Subway.

day 3/Hmm di sini masih banyak pertimbangan buat gue, karena yang lain akan ke Disney Land dan gue enggak karena mehong ih, sekitar Rp 950.000,00. Jadi, awalnya gue berpikir, kalo memungkinkan dan gue sudah ada tujuan yang jelas, gue pengen coba solo trip ke Fukuoka dong (sebelum tau bahwa ke sana ibaratnya, Jakarta-Bali). Gue akan 5 jam di kereta perjalanan berangkat dengan Shinkansen JR, 5 jam di sana. dan 5 jam lagi perjalanan pulang. Abis itu? gue mahir bahasa Jepang, haha (ngarep).

Tapi, usut boleh usut, ke sana engga cukup sekali Shinkansen JR, bakal ada sambungan perjalanan dengan kereta lain dimana gak gue budget-in. Jadi, rencana kedua adalah gue keliling Tokyo lagi, antara lain, Fujiko Fujio (Doraemon) Museum 1,000 yen, Snoopy Museum 1,800 yen dan Ghibli Museum 1,000 yen (duh, Ghibli di Indonesia aja enggak di datengin). Gue tetep cek budget perjalanannya dong. ternyata total-total sekitar setengah juta. Kalo cuma ke Doraemon dan Snoopy tiga ratus ribu aja, jadi mungkin gue cuma ke kedua museum itu. Lalu mungkin juga pada hari ini, gue akan ketemuan sama Kakak kelasnya temen yang sudah berbaik hati mau dititipin belanjaan. Iya, jadi gue buka jasa titip, belanjanya di Adidas Jepang karena ada sale jadi jauh lebih murah. Bukan, bukan gue kok yang belanja.

day 4/ Kita akan lanjut ke Kyoto, di sana kita akan hunting photo di tujuan wisata pada umumnya. Juga akan foto dengan Yukata. Pada hari ini juga gue akan menerima kiriman belanjaan DVD TVXQ yang bener-bener baru rilis. Lagi, titipan. Jadi siapa lagi nih yang mau nitip?

day 5/ Kira-kira masih sama. Tapi malamnya, gue akan ke Nagoya karena besok siang sudah harus pulang ke Indonesia. Di Nagoya nanti gue akan nginep di rumah teman, ahhh long time no see. Maaf ya Azumi, aku mau ngerepotin nih.

day 6/ Gue enggak tau bakal diajak kemana di Nagoya, tapi jam 12 sudah harus menuju Narita. Demikian.

Mari kita list secara umum kita akan kemana, antara lain:
  • Bandara Soekarno-Hatta
  • Bandara Narita
  • Apartemen di Tokyo  3 malam
  • Tokyo Metropolitan Government Building
  • North Observation Desk
  • Shinjuku Omoide Yokocho
  • Shibuya, Hachiko, and Hachiko's Family
  • Harajuku, Takeshita Street
  • Yoyogi Park
  • Asakusa
  • Akihabara
  • Asakasa
  • Disney Land (yang laen)
  • gue mungking Tokyo, Shibuya, Shinjuku, Kawasaki
  • Fujiko Fujio Museum
  • Snoopy Museum
  • Ghibli Museum
  • Kyoto
  • Fushimi Inari Taisha
  • Joyo, Kendonya
  • Foto di Torii
  • Takano, Tamaokacho
  • Penginapan Kyoto
  • Yukata ke Gion dan temple
  • Hutan Bambu Momoji
  • Nagoya
  • Tempat Azumi
  • Bandara Narita lagi
  • Bandara Soekarno-Hatta lagi
Lalu untuk itinerary tersebut, kira-kira begini budget-nya:
  • Tiket PP JAL 39,492 yen
  • JR Pass 7days 27,552 yen
  • Penginapan Berupa Apartemen, tersedia dapur, mesin cuci dan setrikaan (penting)
  • Tokyo dan Kyoto (gue doang, setelah dibagi 4) 12,200 yen
  • Tokyo Metro Subway 1,500 yen
  • Tiket satuan 1,290 yen
  • Yukata Cleaning Fee 1,000 yen
  • Kyoto 1 day bus 500 yen
  • Makan dan jajan 20,692 yen
  • Dengan rental sepeda dan wifi pocket free.
Total sekitar 104,226 yen, laaah kok jadi mahal. Padahal udah mau dihematin buat rencana makannya puasa, dan minumnya selalu bawa aja botol minum (enggak beli-beli). Begitulah kenapa penting banget bikin agenda meskipun sudah pakai e-paspor (enggak diminta di kedubes itinerary dan lampiran foto rekening) untuk merinci tujuan dan biayanya. Tapi kalo duit berlimpah dan emang pengen buang-buang habisin tanpa tujuan mah yaudahlah, ya.

Over all, kira-kira check-list untuk ke Jepang adalah:

  1. Tiket pesawat
  2. e-Paspor dan visa waiver atau Paspor dengan visa
  3. Apakah menggunakan JR Pass
  4. Penginapan dan fasilitasnya
  5. Tiket-tiket dalam kota
  6. Rangkaian tujuan wisata dan biayanya
  7. Budget makan, jajan dan oleh-oleh
  8. Koper beserta barang bawaan
  9. Hitungan total belanjaan/titipan, kalo enggak mau kena Bea Cukai harus dibawah US$ 250.
Jadi pada perjalanan gue, ibarat survey dulu ? Berarti nanti akan di-press pada jajan, makan dan oleh-oleh. Jadi guys, maafin yah, gue akan hemat, yang enggak dapet oleh-oleh, mohon pengertiannya. Yang mau nitip, silakan, pakai jasa titip plis, karena ada ongkos jalan lagi dong naik kereta, belom kalo jaga-jaga gue nyasar? ya? 😉

Demikian rencana perjalanannya, semoga bermanfaat bagi siapapun yang membaca. Sebagaimana kutipan post-an sebelumnya, mungkin burung bisa terbang bebas, kenapa kita manusia enggak? kata siapa burung pergi ke luar negeri? Haha, dan ya itulah manusia, banyak regulasi rumit yang dibuat karena kita manusia berkeinginan dan berakal bisa menyebabkan masalah. Jadi, traveling enggak akan mudah, tapi enggak akan traveling kalo enggak dipikirkan bagaimana caranya.

Intinya, bismillah mohon do'anya semoga perjalanan kami terlaksana, lancar, aman, happy, selamat sampai tujuan dan sampai pulang laginya. Aamiiin..

Comments

Popular Posts