Mengurus Identitas

Yassss gue sudah lama menanti untuk me-review regulasi pembuatan identitas di negara tercintaaah ini. Katanya, sejak kepemimpinan Ahok, pembuatan atau pengurusan identitas ataupun pelayanan lainnya sudah mulai bagus. Mari kita ingat-ingat kembali.

Pertama, yang gue ingat memang dulu itu, agak ribet dan banyak pungutan liar (pungli). Gak enak banget, kan. Udah ada pungutan tidak berlandaskan undang-undang resmi, ribet pula. Sekarang lebih enak sih.

Kita mulai dari Kartu Tanda Penduduk (KTP). Back in time, tahun 2015, sepulang dari Thailand, gue ceroboh. Gue dicopet gitu, satu dompet gue berisi segala paspor dan lainnya diambil orang, di halte busway. Sejak saat itu, gue pun sibuk membuat surat lapor hilang. Yang hilang antara lain, paspor, KTP dan tiga kartu ATM. Jadi, bisa disimpulkan sendiri, gue sibuk mengurus ke beberapa kantor, antara lain kantor polisi, kantor Imigrasi, Kantor Walikota dan tiga bank. Pengurusan termudah adalah bank, tersulit adalah kantor imigrasi.

Pertama, ke kantor polisi tahun 2015 itu enggak ada biayanya deh. Mungkin sebenernya ada, tapi gue tanya bapaknya bilang gak usah (seinget gue). Tapi tahun ini, gue bikin surat keterangan hilang lagi diminta bayar, dong. Seikhlasnya lagi, jadi maaf gue kasih Rp 5000,00 karena kebetulan, gue cuma punya segitu doang di dompet. Tapi, sebetulnya kesel sih dibilang gitu, karena katanya sekarang pelayanan negara gak pake pungutan. Huft.

Kita skip pengurusan di bank, langsung aja ke pengurusan KTP. Setelah surat keterangan hilang sudah jadi, regulasinya itu ke rumah pak Rukun Tetangga alias RT dengan membawa Kartu Keluarga untuk minta surat pengantar (ada kotak sumbangan), lalu ke Rukun Warga alias RW membawa surat pengantar RT dan Kartu Keluarga untuk minta surat pengantar RW (ada kotak sumbangan lagi, katanya kas, berapa aja boleh, alhasil gue minta maaf dan again, gue kasih Rp 5000,00). 

Untuk ke pak RT ini, hanya bisa ditemui di rumahnya malam hari, karena kalo pagi sampai siang, bapaknya kerja. Lalu, sama halnya RT, RW pun begitu. Tapi kalo RW ini, enggak di rumahnya, tapi di kantor RW, dan seringkali ketemunya sama sekretarisnya, ibu-ibu.

Lalu setelah dari RW, gue mengurus ke kantor kelurahan. Samar-samar, dulu pembuatan KTP baru di kantor lurah. Pembuatan e-KTP pun di sana. Tapi kalo pengurusan KTP hilang bisa langsung ke Suku Dinas (Sudin) di Kantor Walikota. Sempat mendatangi kantor Kecamatan, dapat info katanya kalo pengurusan KTP langsung di kantor kelurahan atau di Sudin. Begitu ke Sudin, bawa surat pengantar RW dan Kartu Keluarga, langsung ambil e-KTP yang langsung jadi hari itu juga. Kalo untuk pembuatan jenis e-KTP baru (terdaftar seumur hidup) sekarang sedang bermasalah karena ada kasus korupsi. Rumornya, pengajuan sekarang jadinya akan 2 tahun lagi, yaitu di tahun 2019.

Web yang cukup informatif, antara lain http://satulayanan.id/layanan/index/17/e-ktp/kemendagri#

Kenapa gue menulis ini, karena adik gue yang baru mau bikin e-KTP, berlandaskan info dari  http://www.e-ktp.com/2016/08/kemendagri-beri-penegasan-buat-e-ktp-cukup-bawa-kk/ (herannya web resmi mengutip detik.com) katanya mengurus KTP tidak perlu surat pengantar dan bisa langsung ke Kecamatan.  Kan enak tuh, bakal ngelewatin beberapa proses, hemat waktu. Nyatanya salah, tetap harus pakai surat pengantar. Logis sih, biar setor muka aja sama pak RT, kenalan gitu. Jadi berkasnya adalah: Kartu Keluarga (KK). Kalo hilang plus Surat Keterangan Hilang dari kepolisian.

Regulasinya:
1. Ke pak RT bawa KK dan minta surat pengantar RT
2. Ke pak RW bawa KK dan surat pengantar RT, dan minta surat pengantar RW
3. Ke Kelurahan bawa surat pengantar RW dan KK dan minta surat pengantar Kelurahan
4. Ke Suku Dinas, bawa surat pengantar kelurahan dan KK lalu ambil e-KTP.

Kemudiaaan, kita lanjut ke yang gemas-gemas nyebelin adalah pembuatan dan pengurusan Paspor.

Akhir tahun 2013, gue dan temen gue membuat paspor. Regulasinya gampang sih, bisa dibaca di web-nya. Persyaratan dokumennya masih dari dulu sampai sekarang masih sama. Yang berbeda sekarang adalah, untuk pembuatan paspor baru harus melakukan pendaftaran antre melalui web/aplikasi 'Antrean Paspor'. Untuk aplikasinya baru tersedia di Android. Kalo dulu harus datang terpagi untuk antre, sekarang pun masih. Tapi, kalo dulu bisa mengantre sampai seharian, kalo sekarang sudah ada kuota perharinya. Jadi kalo mau antre via aplikasi sesegara mungkin, karena tanggal yang diinginkan bisa jadi sudah penuh. Lalu datangnya bukan berarti bisa santai, tapi tetap dulu-duluan, siapa cepat dia dapat antre duluan dengan scan barcode yang diterima pada aplikasi antrean. Perharinya mungkin yang dilayani hanya sekitar 200 orang. 

Untuk pembuatan paspor karena hilang, setelah surat keterangan hilang dari kepolisian di tangan, tahun 2015 itu gue membawa berkas pembuatan paspor baru, surat keterangan hilang dan berkas penting yang mendukung urgensi pembuatan paspor seperti bukti pembayaran tiket pesawat, pembayaran umroh/haji atau surat panggilan kerja/kuliah. Saat itu berkas pendukung adalah rencana S2 di luar negeri dan rencana apply kerja gitu. Gue sudah sampai tahap pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP), lalu hasilnya adalah suspend 1 tahun karena dianggap kelalaian dan berkas pendukung kurang mendukung. HAHAH. Sedihhhh banget. Saat itu gue kesel banget karena enggak ada alasannya dan asal menuduh lalai. Gondok banget. Tapi hipotesanya adalah karena dikhawatirkan paspor gue yang masih aktif disalah-gunakan untuk tindakan kriminal international seperti pemalsuan data. Jadi akan dilihat tuh 1 tahun kedepan apakah ada pergerakan dari paspor gue? Huft.

Untuk pembuatan paspor baru, jika sudah antre dan dokumen lengkap, bisa langsung wawancara dan verifikasi. Lalu bayar tagihan biaya paspornya deh. Prosesnya cukup cepat, hari Senin datang dan sudah foto, lalu bayar, lalu 3 hari kerja setelah pembayaran bisa langsung datang pengambilan, yaitu di hari Jum'at.

Tapi untuk pengurusan hilang, setelah suspend 1 tahun plus 1 tahun karena lupa, gue kembali mengurus paspor nih. Jadi ceritanya karena sudah lama gue lupa diminta apa aja. Karena di memori gue pengurusan paspor itu rumit, selain persyaratan pembuatan paspor pada umumnya dan berkas pendukung, gue merasa ada sesuatu yang seharusnya gue bawa. Gue pun menelusuri semua informasi di web resmi Imigrasi dong.

Enggak ada satu pun yang menjawab, gue pun menelusuri social media yang tersedia antara lain Whatsapp dan Twitter. Tapi ternyata, Whatsapp itu isinya robot dimana hanya berfungsi untuk melakukan pengecekan status pengajuan paspor. Kesel banget gue nanya dijawab sama robot diminta nomor pengajuan doang.

Lalu gue coba deh tuh mention ke Twitter-nya. Awalnya, direspon cukup cepat karena mungkin memang sedang jam kerjanya. Selain cepat responnya cukup panjang. Lama-lama dia enggak ngerti deh kayaknya dengan pertanyaan gue. Pokoknya kerumitan pertanyaan gue hanya dapat ditanyakan dengan datang langsung ke Kantor Imigrasi (Kanim).

Akhirnya gue ke Kanim dengan berkas persyaratan. Sampai di sana, ternyata antrean paspor hilang dibedakan. Tidak ada di aplikasi, hanya di tempat langsung dan hanya untuk 11 orang per harinya. Pertama gue dateng gue urutan ke sembilan, dimana pelayanan paspor baru dimulai jam 08.00, sementara paspor hilang baru dimulai jam 09.00 pagi dan hanya sampai jam 12.00 siang. Selain itu pelayanannya lama, karena BAP. Jadi gue baru dipanggil sekitar jam 11.00.

Sampai nomor gue dipanggil, gue tanya deh tuh. Ternyata seharusnya gue membawa surat keterangan (SK). Ah, itu dia ya. Menurut mereka, gue enggak ambil SK-nya, menurut gue, gue enggak diberikan info untuk ambil. Disitu gue takut dong ada celah 'lalai' lagi. Lalu berkas gue dicariin lagi, udah dua tahun, udah enggak ada, lah.

Lalu ternyata memang pada tahun 2015 silam itu ada opsi, dimana gue bisa memilih ikut suspend 1 tahun, atau masih berusaha membuat paspor hilang tersebut di Kanim kelas 1 lainnya seperti di Jakarta Timur. Mungkin karena itu akhirnya gue enggak ambil SK, tapi seinget gue, gue enggak juga berniat ngurus di Kanim lainnya, karena katanya kemungkinan hasilnya sama saja, suspend.

Gue bener-bener deg-degan akan di suspend lagi dooong karena celah 'lalai'. Akhirnya gue coba ngotot minta solusi. Solusi dari mereka adalah gue membuat BAP kembali. Regulasinya mulai lagi dari kantor polisi. Selain surat keterangan hilang, karena saat ini gue karyawan, gue juga diminta bawa surat keterangan kerja. Sepertinya surat keterangan kerja ini diminta untuk surat pendukung bahwa gue warga sipil yang baik deh. Tanpa pikir panjang, yaudah gue mulai lagi lah, hari itu juga ke kantor polisi Kecamatan dan gue juga menghubungi kantor untuk dibuatkan surat keterangan. Untuk cerita polisinya, kembali ke cerita di atas, ya. Badddd service.

Lalu setelah surat keterangan hilang jadi, hari itu juga gue urus, dan karena waktunya mepet kerja, gue pun enggak langsung ke Kanim lagi. Tapi hari itu juga saat ada kabar surat keterangan udah jadi, gue langsung ambil di kantor HCM (dulunya HRD).

Besoknya, gue kembali ke Kanim tapi ternyata antrean sudah penuh. Gue disarankan untuk kembali besoknya lagi pukul enam pagi. Besoknya lagi, gue datang lagi, sesuai sarannya, lebih pagi. Saat itu seinget gue hari Jum'at, karena kepotong istirahat sholat Jum'at. Saat itu BAP ulang dengan mba-mba yang sama dengan dua tahun lalu. Mukanya ngeselin jadi gue kesel banget, cuma gue sabar-sabarin aja.

Ternyata mba-nya inget, alhamdulillah-nya dia enggak banyak cing-cong langsung bantu gue. Saat itu berkas pendukung gue adalah faktur pembayaran umroh. Catatannya, gue akan berangkat pada bulan Nopember. Sengaja bukti pembayaran umroh biar cepet. Ternyata, gue salah. Untuk alasan Umroh dan Haji, ada lagi syarat yang gue lewatkan. Daaaaaamn.

Pertama, bukti pembayaran tidak cukup, bahkan katanya, biasanya travel-nya yang menguruskan, atau cukup membawa surat rekomendasi dari travel. Akhirnya gue diminta hari itu juga membawa surat itu. Gue telepon agen yang mengurus sebelumnya, katanya untuk surat rekomendasi hanya di buat di kantor Tour&Travel-nya. Untung kantornya dekat dan bukan First Travel, hehe.

Karena dekat langsung gue samperin dong. Gue minta tolong dan langsung dibuatin. Duh, ada biayanya lagi gak, ya. Alhamdulillah, enggak ada.

Eh, pas gue liat ada dua lembar surat. Kok dua? yang satu dari Travel untuk Kanim, yang satu lagi dari Travel untuk Kementrian Agama (Kemenag), dong! What?

'Mba, ini ke Kemenag harus banget?'

'Iya, Mba, peraturan baru. Tapi kita enggak perlu pakai surat izin usaha kok, kita sudah terdaftar resmi bla bla (gue enggak paham)'

'Waduh, Kemenag dimana ya, Mba?'

'Kalo enggak salah, di Jakarta Pusat, Mba.'

'WAADUH' kok gitu, info dari Kanim enggak perlu, gue merasa enggak perlu, tapi kalo ternyata perlu, duh ngerepotin banget. Wah, selah si Kanim salah juga nih, enggak info-in gue.

So far, service dari travel-nya bagus dan nyaman. Tapi, tugas gue nambah lagi. Gue pun coba langsung balik lagi ke Kanim, rencananya pengen nanya apa surat Kemenag diperlukan. Tapi pas sampai sana, Mba terkait lagi enggak ada. Kanim sepi banget enggak ada siapa-siapa. Bahkan kalo gue bakar juga enggak ada yang peduli kayaknya. Akhirnya gue langsung ke kantor aja karena akan telat, dan gue berencana izin balik ke Kanim sekitar jam setengah dua, karena gue takut diminta hari ini gue kasih besok udah enggak boleh lagi.

Sembari kerja, gue harus membuat strategi jaga-jaga dong. Gue cari informasi terkait Kemenag di Google. Rupanya ada Kemenag pada setiap daerah administrasi. Karena Kemenag selatan gue telepon enggak diangkat, gue telepon juga Kemenag Timur. Intinya, apakah gue bisa ngurus di daerah gue sendiri tanpa perlu ke Pusat?

Ternyata bisa. Gue baca-baca lagi persyaratan yang diminta saat urus surat rekomendasi dari Kemenag. Langsung gue lengkapi persyaratan, dan gue izin kerja untuk ke Kanim lagi.

Rute ke Kanim bisa melewati Kemenag, jadi pertama dari kantor gue ke Kemenag dulu. Sampai di sana, ternyata gedung pengurusan umroh dan haji berbeda. Letaknya di gedung belakang, di lantai dua. Gedungnya horor deh. Kayak enggak beragama. Ups, atau biasanya gedung beragama begini?

Lanjut, sampai di lantai dua, gue lihat kok sepi banget. Hanya ada loket kosong (pada jam kerja) banyak kursi tunggu dan seorang kakek duduk menunggu. Duh horrorrr.

Gue clingak-clinguk, si kakek negur gue dan mengarahkan untuk langsung masuk aja ke sebuah pintu di samping. Dari balik pintu ada suara cekakak-cekikik dong. Horrooor.

Ternyata benar, dibalik pintu ada ruangan yang isinya banyak orang (karyawan setempat) lagi bercanda. langsung dipersilakan masuk aja. Langsung diarahkan ke seorang bapak-bapak yang sudah beruban. Khas banget deh.

Ternyata (lagi), bapak itu menanyakan surat izin usaha travel agent gue. Teringat kata mbanya, 'Katanya mereka sudah terdaftar, pak. Jadi enggak perlu dan saya hanya dikasih ini.'

'Wah, enggak bener tuh' ucap bapaknya sambil ngelirik ke juniornya, langsung direspon manggut-manggut setuju dengan muka ngeselin, 'Kita inikan perlu check, apa dia tipu, apa gimana, kan demi keselamatan mba juga. Ini juga kenapa enggak diurus sama travelnya?'

Laaah, gue bingung, kok enggak kompak antara travel dan Kemenag? Wah ada mis-comm nih. Pokoknya gue enggak mau tau, itu adalah berkas yang sudah gue pelajari. Bapaknya iya aja lagi, enggak jelas deh.

Lalu beliau bilang, karena sudah hari Jum'at, jam kerja sebentar, sebentar lagi sudah jam pulang, surat rekomendasinya enggak bisa jadi hari itu juga. IH IHHH kata blognya sehari jadiiii..

Gue minta kepastian dong kira-kira kapan, karena gue akan bawa info tersebut jika ditanya Kanim. Beliau minta nomor handphone (HP) gue, dicatat dengan pensil di atas surat rekomendasi dari travel dan bilang, 'Yaa... Kanim pasti nungguin surat rekomendasi dari kita, kok. Mba tunggu aja, saya belum bisa memastikan kapan, nanti kami kabari, ya.'

Sejak saat itu sampai hari ini, enggak ada tuh kabarnya. Palsuuuuu...

Gue deg-degan proses bakal repot dan lama dong tanpa surat rekomendasi dari Kemenag. Tapi gue coba balik lagi ke Kanim. Sampai di sana, langsung diterima surat rekomendasi dari Travel-nya dan gue diminta ke sana lagi hari Senin untuk ambil hasil BAP. Surat rekomendasi Kemenag enggak ditanyain tuh. Hhhhhh.....

Hari Senin gue ke sana lagi, tanpa antre, langsung ke tempat BAP untuk pengambilan. Ngambilnya berdua sama orang asing, deg-degan dong kalo gue suspend, tapi dia bisa langsung ambil, gue kan sediiiih..

Hasilnya adalah diterima. Saat itu juga, kita diarahkan menyerahkan hasil BAP ke loket antrean, dan dibuatkan antrean. Gue antrean ke 89. Mantap, masih lama, bisa-bisa keburu kerja. Deg-degan udah mau jam masuk kerja, tapi ternyata prosesnya cukup cepat. Sekitar jam sebelas, gue sudah dipanggil untuk foto. Gue minta dibuatkan jenis e-Paspor, karena itu, gue langsung scan sidik jari dan foto. Duh, mana enggak dan-dan, dekil banget 😓

Proses foto cukup cepat, sekitar 10 menit aja. Cuma yang kurang sreg adalah si mba-nya kepo, wawancarain gue. Pertanyaan yang sudah di BAP ditanyain lagi. Duh, kepoooo banget sih, baca aja BAP gue kurang? HHH

Setelah foto, gue menerima kwitansi. Saat itu juga langsung gue bayar. Mahalnyaaa...

Biaya yang harus gue bayar antara lain biaya masa berlaku paspor yang hilang dan biaya e-paspor baru. Langsung deh abis itu kere... 😐

Setelah pembayaran, seperti biasa, 3 hari kerja setelahnya bisa pengambilan. Lalu hari Jum'at gue ambil dan sudah jadi deh. Yeaaaaaay....

Demikian, ribet kaan. Point penting dari pembuatan paspor adalah,
1. Datang jam 06.00 pagi masih berlaku. Sistem masih siapa cepat dia duluan.
2. Kalo belum siap informasi akan ribet banget, jadi usahakan sudah membaca update dari web Kanim.
3. Berkasnya masih pada umumnya, pastikan sudah lengkap, semua yang asli dan copy-nya ukuran A4 masing-masing 1 lembar.
4. Antrean Paspor baru dan perpanjang di aplikasi, untuk antrean paspor hilang, di loket.
5. Jika sudah mendapat tagihan paspor, segera dibayar.

Demikian. Banyak informasi dan penjelasan yang kurang jelas di web resmi pemerintah karena beda penanganan. Jadi pada tulisan ini gue berharap membantu proses pembuatan ID di Indonesia. Haha.

Comments

Popular Posts